Selamat Welcome

Senin, 31 Oktober 2011

Masih (Harus Terus) Belajar

camera movement

Cara pengambilan gambar kita dengan kamera video akan sangat memberikan efek emosional tertentu pada penonton. Maka, teknik shoot, sudut pengambilan gambar, serta pergerakan kamera adalah satu dari rangkaian yang terpenting.

Berikut, kita akan membahas beberapa variasi cara pengambilan gambar (cameraworks):

Gerakan Kamera

Pan
adalah gerakan kamera dengan poros horisontal ke kiri (pan left) atau ke kanan (pan right). Poros yang dimaksud disini adalah kepala tripod yang bisa bergerak, atau pergelangan tangan kita saat memegang kamera.

Tilt
adalah gerakan kamera dengan poros vertikal ke atas (tilt up) adatu kebawah (tilt down).

Zoom
yaitu gerakan kamera yang menggunakan fasilitas dalam kamera, yang membuat object long shot menjadi close up (zoom in) atau membuat objeco close up menjadi long shot (zoom in).

Track in/ Track out
adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi object. Sedikit berbeda dengan zoom in/zoom out, gerakan kamera ini dibantu dengan menggunakan dolly (alat berda apapun yang bisa digunakan untuk menenpatkan kamera, untuk meminimalkan guncangan pada kamera (shake), bisa berupa tripod atau kereta dorong.

Follow Through
adalah gerakan kamera yang dilakukan dengan mengikuti object bergerak. Berbeda dengan panning, follow through dilakukan dengan cara kamera ikut bergerak searah dengan object.


Kamera angle

adalah deskripsi tentang karakter/komposisi frame yang akan dibuat oleh DOP (dengan melihat skrip).

Eye Level
Kamera ditempatkan sejajar dengan mata object. Dalam hal ini object nya adalah manusia. Jika objectnya adalah benda (atau dll), kamera ditempatkan sejajar dengan sumbu horisontal terhadap object.

High Angel
Kamera ditempatkan lebih tinggi dari object. Jika pengambilannya dari helikopter, teknik ini biasa disebut dengan helishoot. Jenis angel ini disebut dengan eagle eye.

Low Angel
Kamera ditempatkan lebih rendah dari object. Sering juga teknik ini disebut sebagai frog eye.

sumber : http://areatomie.blogspot.com/2009/05/camera-movement.html

Selasa, 25 Oktober 2011

Cerita Tentang Influence (Bag.1) : NAIF


NAIF KLASIK (1995 - 2003)

Berawal pada sebuah kampus seni di Jakarta, tepatnya di Cikini Raya 73, kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), NAIF terbentuk. Beberapa orang mahasiswa tingkat satu dari kelas pendidikan dasar seni rupa kerap kali menginap di rumah teman mereka secara bergiliran. Tujuan awal hanyalah untuk mengerjakan tugas kuliah bersama. Tapi yang terjadi mereka seringkali malah nongkrong sambil bernyanyi-nyanyi dan bermain gitar semalam suntuk, sampai terkadang malah lupa mengerjakan tugas karena tertidur. Siapa sangka semua itu akan menjadi sebuah awal karir mereka di dunia musik. Suatu saat di pertengahan tahun 1995, David, Pepeng dan Jarwo bermalam di rumah seorang teman yang bernama Shendi Adam (bassist Rumahsakit – asal IKJ). Seperti biasa, awalnya hanya untuk mengerjakan tugas kuliah, namun yang terjadi – seperti yang telah disebutkan tadi – mereka malah bernyanyi dan bermain gitar semalaman. Di malam itu pula mereka tiba-tiba membuat sebuah lagu, terinspirasi dari sebuah konser akustik Nirvana yang mereka saksikan di MTV sebelumnya. Lagu tersebut akhirnya mereka beri judul “Jauh” (NAIF, Debut Album).

Pada saat berikutnya keisengan mereka ternyata berkembang dengan seringnya mereka menyewa studio latihan band dan menyanyikan lagu-lagu karya mereka sebagai sisipan. Di saat inilah formasi mengalami pergantian, hanya tiga orang saja yang dari awal bertahan, yaitu Jarwo, David dan Pepeng. Hingga suatu saat Chandra datang mengisi kekosongan, disusul Emil. Mereka berlima masing-masing memang memiliki jam terbang sebagai anak band. Bahkan sebelum formasi ini terbentuk mereka secara terpisah pernah berkolaborasi pula. Seperti contohnya David pernah tergabung dalam satu band bersama Emil tanpa Jarwo dan lainnya. Dan selanjutnya seperti ditukar-tukar saja.

Dengan posisi David pada vokal, Jarwo pada gitar, Chandra pada keyboard, Emil pada bass dan Pepeng pada drum, NAIF mulai aktif mengisi acara-acara kampus IKJ. Lagu-lagu ciptaan sendiri lainnya pun menyusul, seperti “Benci Libur”, “Piknik ‘72”, dan lain-lain. Sedangkan nama NAIF didapat dari seorang teman yang bernama Dodot, yang menilai lagu-lagu mereka terdengar begitu sederhana, namun tetap berisi dan terdengar harmonis. Selain itu, kata “NAIF” pun mudah diingat.

Suatu saat di tahun 1996, NAIF mendapat kabar dari Irwan Ahmett, seorang teman – disainer grafis, bahwa sebuah perusahaan rekaman berlabel Bulletin Records (PT. Indosemar Sakti) berencana akan merilis sebuah album kompilasi. Karena tertarik akan proyek tersebut maka NAIF menawarkan demo kaset yang telah mereka buat sebelumnya kepada perusahaan rekaman tersebut. Tanpa diduga ternyata sang produser tak memasukkan NAIF dalam proyek kompilasi tersebut, tapi justru berniat membuatkan album rekaman sendiri untuk NAIF. Tentu saja NAIF sangat gembira. Setelah melalui berbagai prosedur tertentu, NAIF akhirnya masuk studio rekaman dan berhasil menelurkan debut album NAIF dengan “Mobil Balap” sebagai tembang jagoannya.

NAIF tak pernah mengklaim diri bahwa mereka adalah band dengan aliran ini atau itu. Terserah apa kata penikmat musik mereka tentang jenis musik yang mereka usung. NAIF anti mengkotak-kotakkan jenis musik. Misi NAIF adalah menawarkan alternatif warna musik yang berbeda dari yang ada adalam industri mainstream di Indonesia. Yang pasti tetap berusaha jujur dala berkarya.

Retro. Banyak yang mengklasifikasikan musik NAIF sebagai musik retro. Itu karena kebetulan Emil, David, Jarwo, Pepeng, dan Chandra (pada saat itu) menyukai musik-musik lama yang kemudian berpengaruh terhadap karya yang mereka buat. Walau demikian, tak menutup kemungkinan music NAIF akan mengalir dengan tetap mempertahankan ciri mereka, karena bagaimanapun NAIF tetaplah manusia masa kini, yang hidup dan bersosialisasi di masa kini.

Bukan maksud melucu bila dalam aksi panggung NAIF, David sang vokalis mengeluarkan jurus-jurus saktinya yang kerap membuat penonton terpingkal-pingkal. Itu memang sudah menjadi sifatnya sehari-hari, yang kemudian ia bawa ke atas panggung sebagai media interaksi terhadap penonton. Namun tetap, mereka berlima serius dalam berkarya. Hanya saja, menurut mereka, konsep musik dan hiburan yang mereka tawarkan di setiap penampilan NAIF masih tergolong beda dari semua yang ada di Indonesia, sehingga mereka sering dianggap lucu atau unik. Intinya, mereka juga ingin menunjukkan, bahwa di balik segala hal dalam musik NAIF terdapat suatu usaha yang serius untuk menghasilkan sebuah karya yang idealis. Idealis ala NAIF.

NAIF SEKARANG (2003 - KINI)

Tahun 2003… Setelah sewindu penuh NAIF berkiprah di entertainment, Chandra memutuskan untuk mengundurkan diri dari band. Chandra memiliki alasan sendiri atas keputusannya. Ia ingin meneruskan karirnya di dunia yang sesuai dengan pendidikan akademisnya, disain grafis. Hal ini tentu sempat membuat keempat rekannya kecewa. Namun itu tak berlangsung lama. Kini NAIF resmi berempat : Emil, David, Jarwo dan Pepeng.

Mereka bertekad untuk tetap meneruskan pergelutan mereka di blantika musik Indonesia dengan keNAIFan mereka. NAIF dengan formasi baru! Semangat baru!

Naif adalah...

EMIL "THE BASSMAN"
Mohammad Amil Hussein
Jakarta, 25 Agustus 1974


DAVID "DA VOC"
David Bayu Danangjoyo
Solo, 29 Agustus 1976


JARWO "GUITAR HERO"
Fajar EndraTaruna
Solo, 24 November 1974


PEPENG "DRUMMER BOY"
Franki Indrasmoro Sumbodo
Kudus, 15 Januari 1976


(sumber : http://www.naifband.com/naifologi/ )

Siap-siap hey Blog Baru!

Bakal punya dua blog nih, yang satu lagi untuk kepentingan...Uhm, ada deh.
Di ambil dari nama tumbuhan dari tanah Britania, sebagai bahan baju perang saat perang dunia.
Ya, nanti aja deh dikasih taunya ;)

Kamis, 13 Oktober 2011

Tentang Siang Ini dan Papa

Hari memang memendung siang ini, ya, semendung batin gue yang kunjung ingin terus diterpa badai. Tapi sebisa mungkin gue tetap terus meneduh untuk menghindari bahaya yang nantinya akan membuat celaka gue. Itulah pengibaratan yang tepat terhadap sosok gue kali ini, yang sedang drop karena satu dan lain hal, dan yang pastinya gue nggak mau terus-terusan jadi orang "stuck" dengan perilaku yang cenderung bisa membuat gue terpuruk.

Hari ini gue mengendarai hellBOY (Motor gue yang gue beli dari Oca, dan EX.ROTOM OCA yang memang udah sejiwa). Mengelilingi Jakarta dengan alunan ditelinga dan Syalalala sepanjang perjalanan.

Dengan berniat ke makam Bokap hari ini, ingin mencurahkan banyak hal tentang kehidupan gue.

Satu jam perjalanan dari Halim Perdanakusuma menuju ke Menteng Pulo di kawasan Casablanca, atau Tebet (SMP Smabel) kesonoan lagi.
Memijakkan kaki di tanah makam Papa, dengan mengucap salam terlebih dahulu, gue pun segera menyambangi "rumah abadi" Papa sambil menenteng serpihan kembang beserta air mawarnya.

Memandang batu nisan bertuliskan nama ABU HASAN Bin HAMDANI, gue merenung sejenak serta tak lupa memanjatkan do'a untuk beliau yang memang "Real Papa ROCK 'N ROLL". Ya, karena beliaulah memperkenalkan The Beatles, Rolling Stones, Deep Purple, serta band-band yang nyanter sealaihim karya-karyanya diseluruh dunia.

Dengan mata berkaca sambil mengenang kenangan bersama Papa sewaktu masih bersama, gue mencurahkan apa yang ingin gue curahkan memang. Ya, tentang Mama dirumah, Wira sekarang yang udah tambah gede, Kak Irma yang lagi sibuk sama suami dan anak lelaki "cerdasnya" si Bintang, serta Si Bisma yang emang lagi galau karena hal ini dan itu.

Nanti akan gue ceritain lagi kelanjutannya, mau boboq dulu ya Bismanya, dah~
(Bersambung)

Rabu, 12 Oktober 2011

Menagislah Bis Selama Masih Diberikan Air Mata OlehNya

Sekarang yang gue rasa itu, cuma :
1. Penyesalan.
2. Ingin Berubah.
3. Ingin Bermain Gitar.
4. Ingin Istirahat
5. Dan bertemu Papa.

Dan gue ingin menyanyikan lagu gue sendiri yang berjudul LELAH. Karena lagu itu menggabarkan perasaan gue saat ini. Dengan BERJALAN LELAH DENGAN BERAT KEPALA, MERASA TAK BERGUNA HIDUP DI DUNIA. HARUS KEMANA KU MENANGIS? HARUS DIMANA KU MENANGIS? BERJALAN LELAH DENGAN SESAL DI HATI, MERASA SEMUANYA SUDAH TAK BERARTI. HARUS KEMANA KU MENANGIS? HARUS DIMANA KU MENAGIS...

Ya menangislah Bis selama Yang Maha Adil masih memberikan lu sesuatu yang masih memberikan sebuah keadilan buat hidup lu :)

Peluk. Tolong Papa Peluk Bisma Walau Cuma Di Mimpi.

Gue juga ngerasa gue butuh di peluk. Sebelum gue nggak bisa meluk siapa-siapa lagi. Karena siapa yang tahu jika 5 menit, keesokan hari, minggu depan, atau diwaktu yang memang tak bisa kita duga semua. Gue udah dipanggilNya?

Gue juga pengen ketemu Papa. Pengen banget bisa curhat soal ini itu dan nyanyi The Beatles bareng. Walau cuma di mimpi.

Pah, Bisma disini bingung meski ngapain. Menulis ini pun Bisma sampe bingung dan terus nahan air mata dikelopak mata Bisma. Yang harusnya emang gak Bisma keluarin disini. Bisma malu jadi anak laki-laki paling tua tapi masih ngeluarin air mata baru ditimpa kejadian kayak gini aja. Bisma juga malu banget sama temen-temen Bisma kalo seandainya mereka tau, apalagi sampe baca tulisan Bisma. Untuk sekedar senyum karena lagi nikmatin lagu aja susahnya minta ampun Pah. Bisma udah ngecewain temen-temen Bisma karena Bisma nggak sabar untuk ini dan itu.

Tujuan Bisma juga tetep satu kalo papa mau tau di surga sana.
Bisma pengen sukses bareng THAT BOOKSTORE'S LITTLE CLUB, pengen bahagian mama juga, waira, kak irma, dan semua orang yang Bisma sayang pastinya.

Tenag disana Pah. Bisma kangen Papa.

Air Mata Itu...

Gue rasa gue butuh nangis dan menyandarkan harapan gue, tapi kepada siapa?

Ini Memang Seperti Sebuah Alunan

Kali ini memang yang gue rasain adalah lagi down-downnya. Setelah tadi saat pelajaran teknik kamera gue meledak. Meledak dengan emosi 'konyol' jauh dari kontrol. Sial. Ya sangat sial.

Dikala gue memang ingin merubah sikap gue yang sering meledak-ledak akhir-akhir ini, gue ngerasa emang gue keterlaluan banget. Gue jadi ngebuat garing temen-temen gue, dan gue ngecewain rekan sekelompok gue. Sumpah, nggak ada maksud hati gue kayak gitu. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur bung. Gue cuma bisa menyesal dan gagal lagi!

Tapi, dia ada untuk ngasih gue ketenangan, dengan memberikan tisu untuk menyeka emosi gue.
"Ma...Kamu kenapa?" Tanya dia sama gue saat waktu emang gue berkeringet menahan deras laju darah dan meningkatkan kesabaran agar tak lagi meledak-ledak.
Dia langsung ngasih tisu, dan rasanya tadi gue nggak tau lagi apa yang harus gue perbuat untuk nenangin diri gue sendiri. Tapi si penguin? Di ngehusap paha berbalut celana jeans dengan tulusnya supaya gue nggak terus dikuasai amarah 'goblok' gue.

Kali ini, sungguh, gue ngerasa goblok banget. Apa ini diri gue yang asli?
Atau ini hanya sekedar masa transisi gue supaya lebih baik lagi?
Gue ingin berubah ke arah yang lebih baik dan nggak mau dikuasai sama ego yang emang bisa bikin siapapun sakit hati!
Ya Allah apa ini sebuah pertanda bahwa hamba harus dituntut banyak bersabar dalam menghadapi apapun dan jangan mudah terpancing omongan yang seharusnya hamba acuhkan saja dari pada hamba timpa kembali?

Tapi sekali lagi gue patut berterimakasih kepada temen-temen, sahabat, dan orang-orang yang gue cinta karena bisa selalu ada buat gue. Gue pun masih bersyukur karena setiap gue menyapa masih selalu ditanggapi, saat gue butuh masukan mereka masih bisa memberikan arahan, dan yang paling penting disini adalah MEREKA YANG MASIH BISA NERIMA GUE APA ADANYA.

terimakasih YA ALLAH atas segalanya, hamba patut bersyukur untuk ini :)

Selasa, 11 Oktober 2011

Bising Untuk Penguin


Disini seperti ngga ada nyambung-nyambungnya kan? Tapi untuk seorang yang gue sayang dan gue memanggil dia dengan panggilan penguin. Karena apa? Kalo jumpa orangnya kesan pertama yang muncul : BUJENG DENG, JEPANG AMAT TUH CEWEK?
atau...
ANJRIT LU BIS (SAMBIL GELENG-GELENG KEPALA).
Orang itu memang bersama sama gue sejak semester 1, dia teman kampus gue yang merantau dari Kebumen ke Jakarta hanya untuk menuntut ilmu. Walau sebelumnya impian si Pinguin ingin masuk UI Sastra Jepang, tapi apa mau dikata? Kenyataannya berbeda dan gue melihat dia tetep nikmatin apa yang ia jalanin sekarang.

Sekarang udah memasuki Bulan ke-15 gue bareng sama dia dalam menimba studi yang gak jauh dari praktek. Gue masih tetep suka curi pandang sama dia saat jam pelajaran dengan menyelipkan senyuman ke arah dia, masih suka nyubit pipinya saat lagi gemes karena tingkahnya, dan masih suka berbagi apapun itu, begitupun dia sebaliknya begitu ke gue.

Gue harap si Pinguin bisa ngeliat gue dari sisi lain gue yang emang secara kasat mata diri gue adalah seorang yang masih jauh dari kata "LAYAK" menjadi seseorang yang bisa menuntun dia. Tapi, Insya Allah gue bisa nuntun dia walau kenyataannya ngga semudah membalik telapak tangan!

Ya Allah, mungkin cuma Kau yang tahu betapa tulus kasihku kepadanya.
Aku cuma ingin dia tahu, bukan sekedar tau melalui ucapan "Jenaka" saja, tetapi melalui rasa.
Seberapa percaya dia kepadaku?
Aku pun tak banyak meminta, aku cuma tak ingin jauh darinya, itu saja.
Walaupun peranku disini mungkin buruk disisi lainnya.

Entah bagaimana keputasan-Mu nantinya, hamba cuma ingin yang terbaik.
Hamba ikhlas jika memang harus melihat dia bahagia dengan yang lain.
Hamba juga ikhlas jika memang hamba harus meninggalkan dirinya dengan cara Persona Non Grata dengan sangat terpaksa demi kebaikan dirinya dan hamba nantinya.

Mengalir dan terus mengalir seperti salju yang mencair dibulan desember.
kelopak mata dan hati udah jadi satu hanya untuk menulis begini aja.
Dia meminta agar gue membuat tulisan untuk dia dan dia akan baca, kelak.
Dan sekarang, gue udah buatin ini buat lu, in. Sesuai janji gue.

Dan kalo emang kita ditakdirin buat sama-sama, tolong. BISA "TERIMA GUE APA ADANYA" UDAH LEBIH BANGET BUAT GUE.
SAAT INI GUE LAGI DOWN-DOWNNYA. KARENA DILEMA, KARENA PROBLEMA, DAN KARENA SEBAB-SEBAB LAINNYA. TAPI ALHAMDULILLAH GUE TETEP KUAT KARENA ORANG-ORANG YANG GUE CINTA SELALU ADA BUAT GUE, DAN GUE NGGAK NGERASA SENDIRIAN DI DUNIA.

Cuma bisa kasih kecupan kening di saat malam ulang tahun lu di depan alfa mart salemba 26 September 2011 ini, dan itu adalah sesuatu terindah yang pernah gue kasih ke seorang wanita saat dia ulang tahun walaupun gue bukan siapa-siapa lu meski kita udah tiga semester sama-sama dan jumpa terus setiap hari.
Gue mau lu tersenyum sehabis baca tulisan yang lu pinta ini. Dan gue mohon, jangan pernah nangisin sesuatu yang gak perlu lu tangisin. Gue sayang Lu, In.

Rabu, 05 Oktober 2011

Perkumpulan Kecil Di Toko Buku Itu

Judul diatas adalah sebuah kalimat yang merubah hidup gue. Ya, dengan setiap hari ngejogrok di toko buku Tri Adi Surya dibilangan Halim Perdanakusuma dengan main catur, main gaplek, atau sekedar kongkow serta mendiskusikan sesuatu entah apa itu yang dibicarakan (tapi alhamdulillah menambah wawasan).

Ini kisah persahabatan antara gue dan temen kecil gue, tapi sekarang gue menganggap dia adalah PARTNER HIDUP gue. Namanya OKSHA PERDANA PUTRA atau asiknya dipanggil OCA atau OSA. Banyak suka duka yang gue alamin sama dia, dari cuma sekedar jatoh dari motor bareng (seumur hidup udah 2 kali gue jatoh dari motor berboncengan sama dia), diculik sama orang ampe HP gue sama dia diambil orang yang nyulik gue sama dia (Itu terjadi saat gue dan dia kelas 1 SMA), sampe sama-sama pernah ditolak sama CEWEK yang emang pernah deket bareng gue dan si OCA-sebut aja namanya NINGSIH (Itu terjadi sewaktu kelas 2 SMP). Dan masih banyak kejadian lainnya tentang gue dan dia yang sulit gue ceritain panjang lebar dengan tulisan gue yang ala kadarnya ini.

Judul diatas adalah sebuah nama yang sedang gue usung berdua Oca, ya, kita ngebentuk sebuah band. Band yang tadinya dibuat iseng kala itu emang lagi ada acara TRIBUTE TO ARCTIC MONKEYS yang diadain sebuah EO yang kebetulan juga fansnya Arctic Monkeys juga. Sontak, gue sama Oca pun ambisius untuk ikut audisi penerimaan pengisi acara, waktu itu seminggu sebelum audisi (Audisi tribute Arctic Monkeys itu tanggal 2 Juli 2011-red) kita baru ngebentuk band ini. Dan apa yang terjadi?
Gue dan Oca bingung nentuin nama bandnya, pertama gue tulis dipapan tulis putih boking studionya dengan nama MONYET KUTUB UTARA (yang kalo di translate Inggris ARCTIC MONKEYS) karena waktu itu kita emang gak mikirin nama, yang kita pikirin itu cuma LATIHAN YANG RAJIN SUPAYA LOLOS AUDISI DAN BISA TAMPIL DI ACARA TRIBUTE TO ARCTIC MONKEYS (INDONESIA) TANGGAL 16 JULI 2011 DI COMIC CAFE TEBET.

Akhirnya setelah beberapa kali acap latihan, tepatnya di hari ke-3, kita baru nemuin sebuah nama. Sebuah nama yang memang jadi jati diri gue, dia, dan anak-anak yang sering pada nongkrong di Toko Buku Tri Adi Surya. Namanya? BOOKSTORE. Tapi pada akhirnya setelah perdebatan 5 menit dengan OCA sambil menunggu masuk studio untuk latihan gue nyeletuk "Ca pokoknya gue ngga mau pake THE, males ah...". Oca pun nanggepin "Oke deh, uhmm...apa ya (sambil ngisep rokok yang emang nyantel aja deh dibibirnya) THAT? THAT BOOKSTORE'S LITTLE CLUB?" Anjas! (ANJAS = ANJING PAKE JAS)".

Apa pendapat kalian mendengar sebuah nama yang panjang itu? THAT BOOKSTORE'S LITTLE CLUB? Itulah sebuah nama yang jadi anugerah buat gue dan dia. Sebuah nama yang memang nyaman untuk dikenakan dalam berkelana mencari artian hidup untuk terus berkarya, juga sebuah nama yang pada nyatanya memang menjadi jati diri gue, serta Oca juga (Dan anak-anak yang sering nongkrong di toko buku Tri Adi Surya).

Deal dengan nama itu, kita pun makin percaya diri. Ya, kita mengikuti audisi Tribute To Arctic Monkeys di bilangan Tebet, didepan 7eleven Tebet Utara studionya. Dan tanggal 2 Juli 2011 menjadi perawalan That Bookstore's Little Club menunjukan kapasitasnya.

Didepan para peng-audisi, gue dan Oca pun tampil apa adanya. Ngga mau keren, tapi tampil untuk menghibur dengan keseringan bercanda dari pada ngomong serius. Para pengaudisi pun juga cuma ikut ketawa aja dah ngeliat gue sama Oca malah promosiin Kratindaeng ketimbang ninggiin band kita ini. Ngehek lah!

Saat ditanya sama para peng-audisi "kalian udah punya lagu sendiri? Udah pernah manggung dimana aja emang? Kok cuma berdua?"
Oca dan gue pun cuma ngejawab "Kita aja baru ngebentuk band ini baru seminggu yang lalu...Hahahahahaha!"
Kacau? Nilai sendiri aja. Tapi kalo buat lagu sendiri, sebenernya gue sama Oca udah bikin lagu sendiri yang berjudul TEMARAM DI SENJA, tapi kita ngga cukup pede buat nampilin lagu kita itu. JELASLAH! DI BAWA KE LATIHAN AJA TUH LAGU BELOM PERNAH. Apalagi mau dibawa pas audisi.

Hari demi haripun berlalu, dan akhirnya? Gue dan Oca pun (Alhamdulillah) lolos audisi dan tampil dalam acara Tribute To Arctic Monkeys.
Hasilnya? Saat kita naik ke atas panggung kita mendapatkan sambutan yang hangat dari para penikmat Arctic Monkeys. Dengan membawa medley TEDDY PICKER-THE VIEW FROM THE AFTERNOON disambung ke THE BAKERY ditiban lagi ke CORNERSTONE dan Diakhiri dengan lagu FAKE TALES OF SAN FRANCISCO bersama personil tambahan dadakan berupa seorang Drumer juga Bassist (Yang bassnya mati saat diatas panggung dan gue nyuruh bassist yang ngiringin THAT BOOSKTORE'S LITTLE CLUB kayak Sid Vicious nya The Sex Pistols jadi maen bassnya cuma gaya-gayaan doang padahal bas mati).

GUE SENENG KARENA THAT BOOKSTORE'S LITTLE CLUB MENDAPAT APRESIASI YANG MENURUT GUE ITU ADALAH PENGHARGAAN BESAR UNTUK SEBUAH BAND YANG BARU SEMINGGU TERBENTUK DAN IKUT DALAM ACARA TRIBUTE BAND FAVORIT GUE DAN OCA (ARCTIC MONKEYS).
TANPA MEREKA, TANPA KALIAN T.B.L.C MUNGKIN NGGA AKAN PERNAH BISA TETEP ADA KAYAK SEKARANG. TERIMAKASIH UNTUK SEMUANYA. BOOKSTORE'S INSYA ALLAH NGGA AKAN PERNAH BERHENTI BERKARYA. DAN SEMOGA KITA SEMUA SEMUA TETEP ADA DALAM LINDUNGAN-NYA dan DIBERKAHI OLEH-NYA AGAR TETAP BISA BERKARYA UNTUK INDONESIA JUGA BERKARYA UNTUK DUNIA.